Tongkat Bung Karno Ada Dimana

Tongkat Bung Karno Ada Dimana

Things to Do & See at Gelora Bung Karno Stadium

When you step into Gelora Bung Karno Stadium, the first thing that strikes you is its massive scale. Imagine the history that has filled these seats, from soccer legends striking goals to concerts that have brought the nation together. But there's more here than the field and the stands. Surrounding the main stadium is a complex with facilities for badminton, basketball, aquatics, and more, all open to the public.

A stroll around the stadium will also reveal various monuments and statues that commemorate moments in Indonesia's sporting history. The stadium complex is also home to a beautifully maintained park, making it a pleasant spot for an evening jog or a family outing. But let's not forget, watching a live match here is an experience unto itself – the fervor of the local supporters is infectious, and the roar of the crowd is something you won't soon forget.

Why is Gelora Bung Karno Stadium Important?

The importance of Gelora Bung Karno Stadium stretches far beyond its physical confines. For Indonesians, it represents a spot where sport and national identity merge. Have you ever felt the electrifying energy of tens of thousands of fans cheering in unison? Here, that spirit is amplified; the stadium is a gathering place where Indonesians from all corners come to share in the triumphs and heartaches of their sports heroes.

Furthermore, GBK Stadium has been central in showcasing Indonesian organization and hospitality to the international community, evidenced by its role in numerous high-profile events. It's an architectural testament to the country's journey, having survived the trials of time and retaining relevance in a rapidly modernizing world.

Our Top Trending Indonesia Tours:

And for the culturally curious, there's often a schedule of events that take advantage of the stadium's vast open space – from food festivals to exhibitions. Just the sheer variety of activities that GBK Stadium supports is a testament to its integral role within the fabric of Jakarta's community life. So, why not come by and see for yourself the charisma this grand structure exudes? It's not just about the games; it's about the heartbeat of a nation.

Tongkat Komando Soekarno Sukarno Bung Karno Pak Karno Bahan Kuningan Antik(Koleksi Lapak Antik Murah)Koleksi Lapak Antik Murah adalah Toko pelestari barang seni kerajinan, antik, unik dan langka. Kami hadir sebagai penyedia barang koleksi antik dengan berbagai macam motif dan modelnya. Kategori barang kerajinan seni yang kami sediakan antara lain adalah aksesoris, souvenir, hiasan, pajangan, barang kuno, pakaian adat, miniatur dan masih banyak lagi. Pelayanan dan kwalitas produk akan terus kami tingkatkan demi menjaga kepuasan konsumen dan pelanggan.Indonesia kaya akan budaya dan sumber daya alamnya. Termasuk seni dan kerajinan hasil karya anak bangsa merupakan salah satu aset kekayaan kita yang harus tetap dilestarikan. Demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memajukan karya seni budaya bangsa kita, maka Lapak Antik Murah hadir sebagai wadahnya. Untuk itu mari sebagai orang indonesia kita cintai produk dalam negeri dan ikut serta melesatarikan kekayaan budaya kita sendiri.

Deskripsi : Buku ini menceritakan tentang karakteristik kesamaan kepemimpinan beda zaman antara Presiden Sukarno dan Presiden Joko Widodo. Soekarno dikenal sebagai Bapak Proklamator Republik Indonesia dan Presiden Pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia periode 1945—1967. Ir. H. Joko Widodo adalah Presiden ke-7 Republik Indonesia yang mulai menjabat sejak 20 Oktober 2014. Kesamaan diantara keduanya adalah sama sama menunjukkan gaya pemimpin besar yang dekat dengan rakyat, turun ke sawah tanpa canggung. Disisi lain juga seorang pemimpin yang dicintai rakyat. Sejarah mengulang dirinya sendiri. Eddi Elison, penulis senior yang merasakan langsung kepemimpinan tujuh Presiden Republik Indonesia dan berinteraksi dengan mereka semua, melihat dan merasakan fenomena pengulangan ini dalam sosok Soekarno dan Joko Widodo. Presiden pertama dan ke-7 Indonesia ini dilihatnya punya banyak kemiripan; mulai dari latar belakang keluarga, perilaku, gaya hidup, prinsip, visi, dan gaya kepemimpinan. Hanya saja penerapannya sedikit berbeda, sebab Bung Karno dan Jokowi hidup di dua masa yang iklim sosial-politik-ekonominya jauh berbeda. Kemiripan-kemiripan itu disajikan dengan tulisan bergaya ringan, tapi komplit dengan data dan observasi empiris. Seolah kita diajak melihat ada "dua pemimpin kembar" yang mengemban tanggung jawab di zaman yang berbeda. Selamat membaca! Informasi lainnya : Judul : Buku Bung Karno & Jokowi Deskripsi fisik : 150 halaman Weight : 0.25 kg ISBN : 9786027926455 Pengarang : Eddi Elison Penerbitan :Tangerang : Ilman Real, 2018 Bahasa : Indonesia Bentuk Karya : Non Fiksi Status : Aktif

Belanja di App banyak untungnya:

Deskripsi : Buku ini menceritakan tentang karakteristik kesamaan kepemimpinan beda zaman antara Presiden Sukarno dan Presiden Joko Widodo. Soekarno dikenal sebagai Bapak Proklamator Republik Indonesia dan Presiden Pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia periode 1945—1967. Ir. H. Joko Widodo adalah Presiden ke-7 Republik Indonesia yang mulai menjabat sejak 20 Oktober 2014. Kesamaan diantara keduanya adalah sama sama menunjukkan gaya pemimpin besar yang dekat dengan rakyat, turun ke sawah tanpa canggung. Disisi lain juga seorang pemimpin yang dicintai rakyat. Sejarah mengulang dirinya sendiri. Eddi Elison, penulis senior yang merasakan langsung kepemimpinan tujuh Presiden Republik Indonesia dan berinteraksi dengan mereka semua, melihat dan merasakan fenomena pengulangan ini dalam sosok Soekarno dan Joko Widodo. Presiden pertama dan ke-7 Indonesia ini dilihatnya punya banyak kemiripan; mulai dari latar belakang keluarga, perilaku, gaya hidup, prinsip, visi, dan gaya kepemimpinan. Hanya saja penerapannya sedikit berbeda, sebab Bung Karno dan Jokowi hidup di dua masa yang iklim sosial-politik-ekonominya jauh berbeda. Kemiripan-kemiripan itu disajikan dengan tulisan bergaya ringan, tapi komplit dengan data dan observasi empiris. Seolah kita diajak melihat ada "dua pemimpin kembar" yang mengemban tanggung jawab di zaman yang berbeda. Selamat membaca! Informasi lainnya : Judul : Buku Bung Karno & Jokowi Deskripsi fisik : 150 halaman Weight : 0.25 kg ISBN : 9786027926455 Pengarang : Eddi Elison Penerbitan :Tangerang : Ilman Real, 2018 Bahasa : Indonesia Bentuk Karya : Non Fiksi Status : Aktif

Pemerintah menegaskan sejarah dan gelar pahlawan nasional Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia, Ir. Soekarno atau Bung Karno. Dalam keterangannya terkait Hari Pahlawan tahun 2022, Senin (07/11/2022), di Istana Merdeka, Jakarta, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa Bung Karno tidak pernah mengkhianati bangsa dan telah memenuhi syarat penganugerahan gelar kepahlawanan.

“Tahun 1986 pemerintah telah menganugerahkan pahlawan proklamator kepada Ir. Soekarno, dan di tahun 2012 pemerintah telah menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada almarhum Ir. Soekarno. Artinya, Ir. Soekarno telah dinyatakan memenuhi syarat setia dan tidak mengkhianati bangsa dan negara yang merupakan syarat penganugerahan gelar kepahlawanan,” ujar Presiden Jokowi.

Dalam kesempatan tersebut, Presiden juga menegaskan kembali sejarah kepahlawanan Bung Karno, terutama terkait Ketetapan MPRS Nomor 33/MPRS/1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Negara dari Presiden Soekarno. Menurut Presiden, Ketetapan MPR Nomor 1/MPR/2003 telah menyatakan bahwa TAP MPRS Nomor 33/MPRS/1967 sebagai kelompok ketetapan MPRS yang dinyatakan tidak berlaku lagi dan tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih lanjut, baik karena bersifat final telah dicabut, maupun telah dilaksanakan.

“Hal ini merupakan bukti pengakuan dan penghormatan negara atas kesetiaan dan jasa-jasa Bung Karno terhadap bangsa dan negara, baik sebagai pejuang dan proklamator kemerdekaan, maupun sebagai Kepala Negara di saat bangsa Indonesia sedang berjuang membangun persatuan dan kedaulatan negara,” jelasnya.

Sementara itu, Guntur Soekarnoputra, putra Bung Karno yang mewakili keluarga, mengucapkan terima kasih atas pernyataan yang disampaikan oleh Presiden Jokowi tersebut. Menurutnya, meskipun Bung Karno telah dianugerahi gelar pahlawan nasional, namun hingga saat ini masih terjadi proses de-soekarnoisasi yang berupaya memperkecil peranan dan kehadiran Bung Karno.

“Saya rasa dengan adanya penegasan dari Bapak Presiden yang tadi, proses de-soekarnoisasi jilid dua ini sedikit banyak bisa kita redam dan sedikit banyak dapat kita lawan dengan lebih kuat,” ujar Guntur.

Lebih lanjut, Guntur menilai bahwa pernyataan Presiden Jokowi juga merupakan penegasan mengenai sosok Bung Karno yang bersih dan tidak patut dituduh terlibat G30S/PKI. Bung Karno, lanjutnya, justru merupakan seorang patriot sejati.

“Di sini ditegaskan lagi dengan adanya penjelasan dari Bapak Presiden tadi, jelas Soekarno bukan PKI dan Soekarno bukan komunis. Soekarno tetap seorang nasionalis sejati, seorang patriot paripurna,” tandasnya. (FID/UN)

Kawasan Gelora Bung Karno terdiri dari berbagai fasilitas untuk kegiatan olahraga yang nyaman, seperti Stadion Utama Gelora Bung Karno, Stadion Akuatik, Istora Gelora Bung Karno, Stadion Tenis Indoor, Pusat Tenis Luar Ruangan (Stadion Centre Court), Stadion Madya, Lapangan Pelatihan Sepak Bola ABC, Lapangan Panahan, Stadion Basket, Lapangan Hoki, Lapangan Bola-Softball, Balai Sidang Multifungsi, Masjid Al-Bina, dan Menara GBK.

Selain itu, terdapat penataan-penataan GBK lainnya seperti dibangunnya plaza, air mancur, hingga pedestrian. Hal ini ditujukan untuk membuat masyarakat yang mengujungi dan menggunakan kompleks GBK nyaman dan aman. Terlebih kompleks GBK juga tidak hanya dipakai untuk kompetisi olahraga saja, namun juga terbuka untuk masyarakat yang ingin berlari, bersepeda, hingga melakukan senam khususnya saat akhir pekan.

History of Gelora Bung Karno Stadium

Gelora Bung Karno Stadium stems from a period of ambitious nation-building. It first opened its gates in 1962, purposely constructed to host the fourth Asian Games. The stadium's conception and construction were spearheaded by President Sukarno, who had a fondness for monumental architecture and the grand statement it could make about a country emerging from colonial rule. With a capacity that was once among the largest in the world, it squarely put Indonesia on the map in the era of new nations.

Through the decades, this stadium has seen a multitude of renovations and modernizations in order to keep up with the demands of international sports standards. The most extensive renovation happened in preparation for the 2018 Asian Games, which saw the stadium refurbished and equipped with modern facilities to welcome a new generation of athletes and spectators.

What is Gelora Bung Karno Stadium?

Gelora Bung Karno Stadium, commonly referred to as GBK Stadium, is more than just a sports arena; it's a historical landmark and a symbol of pride for us here in Jakarta. Nestled in the heart of Indonesia's capital, this colossal structure has been a witness to both sporting prowess and monumental events. The name itself pays homage to Sukarno, Indonesia's first president, who envisioned the venue as a beacon of nationalist spirit.

Our Most Popular Tour:

This venue isn't merely about what happens on the pitch; the stadium complex is an expansive blend of open spaces, smaller sporting venues, and the striking cauldron that contributes to Jakarta's iconic skyline. Whether it's football, track and field, or concerts, GBK Stadium has been the stage for countless unforgettable moments in Indonesian history.